er

Sunday 5 May 2013

PKS Sama seperti Eyang Subur


Kejam sekali sepertinya kalau saya berani menghakimi PKS sesat seperti Adi Bing Slamet menghakimi sesat Eyang Subur. Karena bahkan sayapun tidak berani menuduh Eyang Subur sesat, karena bukan hak saya menilai seperti itu. Dalam tulisan ini, meskipun saya menyamakan PKS dengan Eyang Subur tapi saya tidak menyamakan dalam hal sama-sama sesat. Sama dalam hal ini adalah keduanya mempunyai persamaan strategi dalam menanggapi isu yang berdar di masyarakat.
Pertama Eyang Subur. Eyang Subur dituduh sesat oleh mantan muridnya sendiri seorang artis senior Adi Bing Slamet. Media yang sangat membesarkan kasus ini atau kasus ini memang kasus besar membuat isu kesesatan Eyang Subur yang dilayangkan Adi menghiasi pemikiran masyarakat. Dalam menanggapi isu tersebut, meskipun agak terlambat, Eyang Subur mengadakan acara Maulid Nabi di lingkungan rumahnya dan membagi sedekah kepada anak yatim. Dengan acara itu, Eyang Subur seakan ingin menegaskan kepada masyarakat bahwa kesesatan yang dituduhkan kepadanya tidaklah benar, buktinya mana mungkin seorang yang sesat melaksanakan maulid nabi dan bersedekah. Yang jadi pertanyaan, kenapa hal itu dilaksanakan seakan ketika isu sesat itu semakin kencang berhembus di masyarakat, jangan-jangan kegiatan itu dilaksanakan hanya semata-mata untuk menepis anggapan sesat itu tadi, padahal kesehariannya jauh dari acara-acara semacam itu. Wallahua’lam.
Selanjutnya adalah PKS. Jikalau Eyang Subur menanggapi isu kesesatannya, PKS beda lagi. PKS berusaha membantah dari isu bahwa PKS itu wahabi, bukan ahlusunnah, anti tahlil, anti ziarah, dan anti lain-lain yang sudah menjadi budaya umat beragama di Indonesia. Isu PKS wahabi itu memang merugikan bagi PKS yang notabene sebuah partai politik yang membutuhkan banyak suara dan dukungan dari masyarakat. Isu label wahabi tersebut membuat PKS seakan dijauhi umat muslim Indonesia yang kebanyakan suka tahlil, ziarah, dll. Hal itu tentu sangat merugikan. Untuk menepis isu tersebut, seperti yang diberitakan oleh beberapa media, beberapa petinggi PKS seperti HNW, Anis, Ahmad Heriawan, dll pun pergi berziarah ke makam walisanga dan raja Demak. Bahkan mereka menggelar tahlil disana. Kegiatan itu seakan menepis isu cap wahabi yang terkenal anti tahlil, ziarah, dll. Yang jadi pertanyaan, kalau emang suka ziarah dan tahlil, kenapa tidak dilakukan dari dulu-dulu, baru dilakukan mendekati hajatan pemilu (khusus di Jawa Tengah mendekati pemilihan gubernur), dimana mereka membutuhkan suara masyarakat ahli ziarah dan tahlil yang banyak jumlahnya? Apakah ini dilakukan untuk menarik suara masyarakat saja? Wallahua’lam.
Dari situ terlihat persamaan PKS dengan Eyang Subur dalam menanggapi sebuah isu, yaitu dengan melawan dan seakan memberi bukti bahwa isu itu tidak benar. Tapi ini pemikiran sebjektif saya. Semoga keduanya baik Eyang Subur yang merayakan maulid maupun para petinggi PKS yang berziarah dan tahlil, mereka menjalankannya dengan rasa ikhlas dan hanya memanjatkan niat kepada Allah SWT, bukan karena ada maksud lain, salah satu maksud lain itu yaitu ingin mementahkan isu. Semoga kebajikan yang mereka lakukan istiqomah (Amin).

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan, tidak spam, dan bijak ^.^
Terima Kasih telah berkunjung