er

Sunday 5 May 2013

Kelakuan Konvoi Motor di Jalan Raya


Belum habis keterkejutan kita akan meninggalkan Ustadz Jefry Al Buchori dalam sebuah kecelakaan motor tunggal, kita dikejutkan kembali oleh sebuah kecelakaan kendaraan bermotor yang kali ini terjadi di Yogyakarta. Yang lebih mengejutkan, tabrakan terjadi antara motor gede dengan ambulan yang sedang membawa jenazah menuju ke rumah duka.
Dari kesaksian saksi yang melihat peristiwa tersebut seperti yang diberitakan di link inihttp://news.detik.com/read/2013/04/27/183940/2232105/10/saksi-pengemudi-harley-terobos-lampu-merah?nd771104bcj bahwa pengemudi motor gede menerobos lampu merah, sementara mobil ambulan sudah menyalakan sirine.

Posisi mobil ambulan yang sedang darurat membawa jenazah mungkin dibenarkan diberikan kekhususan saat berada di jalan raya, caranya dengan menyalakan lampu sirine. Namun terkadang bukan hanya ambulan yang menyalakan sirine saat sedang di jalan raya. Yang sering saya temukan adalah rombongan konvoi sepeda motor, baik itu motor gede atau rombongan klub motor biasa juga selalu menyalakan sirine saat sedang konvoi di jalan raya. Dengan sirine tersebut, konvoi mereka seakan ingin diistimewakan oleh pemakai jalan lain. Mereka seakan berharap kepada pengguna jalan lain untuk minggir dan mempersilakan mereka berjalan ngebut seenaknya sendiri dengan berkelompok. Tak jarang karena kaget dan mengira ada sesuatu yang sangat penting setelah mendengar suara sirine, para pengguna jalan lain pun meminggirkan kendaraannya. Namun setelah mengetahui sirine tersebut datang dari rombongan konvoi sepeda motor, hampir semua dari mereka merasakan dongkol yang teramat sangat.
Pernah ada satu cerita dari teman saya saat sedang diperjalanan pulang ke kampung halaman. Saat jalanan padat, tiba-tiba terdengar suara sirine yang ternyata datangnya dari rombongan konvoi klub motor. Konvoi memenuhi jalanan, pengguna jalan lain meminggirkan kendaraannya mendengar sirine tersebut. Beberapa pengendara yang tidak minggir seakan dipaksa untuk minggir karena pemimpin konvoi yang jalan paling depan membawa semacam tongkat menyala (saya tidak tahu namanya) yang digunakan seolah-olah memberi tanda kepada pengguna jalan lain untuk mundur. Lepas dari pengamatan pemimpin konvoi, teman saya ikut melaju mengikuti iringan konvoi klub motor tersebut. Teman sayapun bebas melenggangkan kendaraannya tanpa harus menikamati kepadatan jalan raya waktu itu.
Ini mungkin yang perlu diperhatikan oleh sebagian anggota klub motor. Bahwa fasilitas jalan raya bukan hanya milik mereka saja, sesama pengguna jalan raya harus saling menghargai, bukan hanya mereka yang ingin dihargai, mereka juga harus menghormati penggunana jalan lain. Semoga kedepannya tidak ada lagi rombongan konvoi klub motor yang merasa rajanya jalanan, karena sesama pengguna jalan harus saling menghormati dan menghargai. (Amin)

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan, tidak spam, dan bijak ^.^
Terima Kasih telah berkunjung