er

Friday 14 June 2013

Zaman Sekarang, Kreditan Lebih Familiar?

Belum lama ini, saya sempat berinteraksi dengan seorang sopir angkot. Tema obrolan tidak jauh dari keluhan akan kehidupan sehari-hari yang semakin hari semakin susah saja. Obrolan berawal dari pengamatan saya yang melihat angkot sekarang mulai sepi penumpang, kebetulan waktu itu penumpangnya hanya saya seorang (berasa naik taksi). Dari situ bapak sopir angkot itu mulai mengeluarkan keluhan-keluhan yang sepertinya sudah lama terpendam tapi tidak tahu hendak diceritakan kepada siapa. Beliau bilang kalau sekarang ini kalau dihari-hari biasa, buat menuhin setoran saja susahnya bukan main.
Beliau kembali bercerita, sebenarnya mau setoran berapapun (asalkan wajar) sebenarnya oke-oke saja kalau angkotnya rame, sayangnya angkot sekarang sepi, penumpang hanya satu dua orang, padahal dulu angkot merupakan transportasi andalan masyarakat. Saat saya tanya terus kenapa bisa sepi? Lantang bapak sopir menjawab, “sekarang orang-orang banyak yang lebih suka naik kreditan,” sejenak saya berpikir, naik kreditan? Maksudnya? Owalah ternyata maksud naik kreditan adalah orang-orang sekarang banyak yang suka naik motor sendiri meskipun itu motor yang belinya kredit.
Saya pikir lucu juga sebutan yang diberikan bapak sopir tadi dengan menyebut orang-orang sekarang lebih suka naik kreditan. Saat ini kepemilikan motor di Indonesia memang sangat banyak. Jumlah pemilik kendaraan roda dua ini memang selalu meningkat dari tahun ke tahunnya, salah satu penyebabnya karena sistem kredit yang sangat mudah di Indonesia. Bahkan beberapa tahun kemarin hanya dengan Rp. 500.000,- sebagai uang muka, orang sudah bisa membawa pulang motor (sekarang kabarnya aturan uang muka kredit diperbaharui lewat kebijakan down payment).Bayangkan saja dengan kemudahan seperti itu, ditambah lagi dengan mental masyarakat yang sangat konsumtif tentu mnjadikan semakin banyak warga berkredit motor dan angkotan umum pun semakin ditinggalkan.
Tidak lama lagi harga BBM bersubsidi akan naik, disatu sisi ini akan memperbanyak keluhan-keluhan sopir angkot, dilain sisi diharapkan bisa menjadi pemikiran mayarakat untuk membeli motor, karena bahan bakarnya mahal. Berkaitan dengan ini diharapkan pemerintah juga memiikirkan subsidi atau bantuan untuk para sopir angkot sehingga mereka tidak semakin susah, sehingga mereka juga bisa tidak menaikkan tarif angkot, sehingga rakyat yang tadinya sudah mengurungkan untuk beli motor karena bahan bakarnya mahal, punya alternatif yang lebih murah untuk bepergian yaitu dengan naik angkot. (Amin)

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan, tidak spam, dan bijak ^.^
Terima Kasih telah berkunjung