er

Berbagai Tutorial dan Info Menarik

Belajar, Berjuang, dan Bertaqwa

Showing posts with label Bola. Show all posts
Showing posts with label Bola. Show all posts

Friday, 14 June 2013

Belajar dari Kegagalan Timnas Inggris U-21



Kabar mengejutkan sekaligus memalukan datang dari timnas Inggris U-21. Datang ke piala Eropa U-21 dengan ekspetasi tinggi dengan label pemilik liga lokal sebagai liga paling WAH didunia, nyatanya tidak membuat timnas Inggris memiliki kekuatan lebih dibanding timnas muda negara lain. Alih-alih berprestasi, mereka malah menjadi lumbung poin bagi peserta lain di grub mereka. Mereka menjadi juru kunci grub dengan status tanpa pernah meraih satu poin pun. Bahkan mereka tak mampu bersaing dengan negara seperti Norwegia dan Israel yang notabenya liga lokal mereka tidak punya lebel segemerlap liga Inggris.
Ada yang dapat dijadikan pelajaran bagi sepakbola Indonesia atas gagalnya timnas muda Inggris tersebut. Inggris menjadikan sepakbola dinegaranya sebagai sebuah bisnis dan juga hiburan. Indikator kesuksesan dari sebuah bisnis adalah keuntungan komersil, sementara indikator tercapainya sebuah hiburan adalah rasa senang. Liga Inggris memang berhasil memenuhi target tersebut (meskipun belakangan diketahui tim-tim Inggris banyak hutang), namun agaknya mereka lupa bagaimana membangun prestasi. Untuk level senior saja sukses terakhir Inggris adalah juara dunia 1966, sebuah periode yang sudah sangat lama. Dengan tujuan bisnis dan hiburan, tim-tim liga Inggris (terlebih tim-tim besar) lebih menyukai cara instan seperti membeli pemain asing.
Pelatih timnas senior Inggris pernah mengeluhkan akan banyaknya pemain asing, “Dalam beberapa laga yang saya tonton, sangat sedikit pemain Inggris yang terlibat. Saat ini, lebih dari duapertiga pemain di Liga Primer Inggris adalah pemain asing,” ujar Hugdson. Untuk urusan mencetak gol lebih dahsyat lagi, dari 10 besar pencetak gol terbanyak, hanya ada nama Rickie Lambert (31 tahun) – Soton dan Frank Lampard (34 tahun) – Chelsea. Hasilnya di turnamen piala eropa U-21 timnas Inggris hanya mencetak 1 gol itupun lewat titik pinalti.
Indonesia harus belajar dari pengalaman ini. Jangan jadikan sepakbola sebagai ladang bisnis dan hiburan saja, yang lebih penting dari itu adalah prestasi. Keuntungan komersil dan hiburan akan muncul beriringan dengan datangnya prestasi. Indonesia tidak butuh terlalu banyak pemain asing, yang nyatanya banyak dari mereka yang levelnya rata-rata pemain lokal, dana dari pembelian pemain asing bisa digunakan untuk menjaring bibit-bibit lokal untuk dikembangkan menjadi pemain hebat. Melihat daftar top skor liga Indonesia (minus Boaz), agaknya arah perkembangan pemain asing mirip dengan yang terjadi di liga Inggirs. Kondisi timnasnya pun agak mirip-mirip (meskipun secara kualitas Inggris masih jauh diatas Indonesia). Sepertinya sudah kodrat memang bahwa manusia itu cinta dunia, cinta kekayaan, cinta uang, dan saya tidak menyalahkan kalau para petinggi sepakbola Indonesia juga punya sifat seperti itu (karena saya juga mungkin begitu). Dan untuk mendatangkan semua itu, marilah dimulai dari membangun prestasi maka kesemuanya itu akan muncul beriringan. (Amin)

Wednesday, 29 May 2013

Niat yang Salah Adanya Pemain Asing

Sering kita dengar dari para pengurus kompetisi atau pengurus klub yang mengatakan bahwa pemain asing diharapkan mampu memberi dampak positif berupa pelajaran skill atau pengalaman bermain kepada para pemain lokal. Alasan tersebut diatas yang selalu dikatakan demi dalih sebuah klub bisa membeli pemain asing. Termasuk juga menjadi dalih penyelenggara kompetisi untuk terus bisa menambah kuota pemain asing.
 


Bagus memang, jika niatan itu bisa terbukti, tapi sayangnya fakta di lapangan berkata lain. Mungkin benar, beberapa pemain asing di Indonesia sukses menelurkan ilmunya di Indonesia, tapi beberapa diantaranya justru menjadi penghalang kemajuan sepakbola Indonesia. Dengan gaji besar, beberapa pemain justru menunjukan kualitas yang tidak jauh beda dengan para pemain lokal, namun uniknya, mereka selalu diberi kepercayaan oleh pelatih. Kepercayaan berlebih yang diberikan pelatih kepada pemain asing inilah yang menghambat perkembangan sepakbola Indonesia. Beberapa nama pemain muda berpotensi jadi tersingkirkan. Mereka terpinggirkan, dan dampaknya regenerasi pemain untuk Timnas jadi terhambat. Inilah yang terjadi di Indonesia, bahkan juga terjadi di beberapa liga di Eropa. Pemain-pemain muda yang seharusnya diberi porsi bermain untuk mendapatkan pengalaman bermain justru terpinggirkan oleh keberadaan pemain asing. Niat awal untuk sharing pengalaman dan kemampuan dari pemain asing justru malah menghambat perkembangan sepakbola Nasional.
Hal ini perlu dievaluasi oleh para pengurus sepakbola negeri ini, jumlah pemain asing yang semakin tahun semakin banyak belum memberikan sesuatu yang awalnya kita harapkan. Lebih parah lagi, beberapa pemain asing punya tempramen yang tinggi yang justru merugikan tim. Akhirnya, silahkan saja memakai jasa pemain asing, asalkan kualitasnya memang diatas rata-rata pemain lokal sehingga bisa menjadi contoh yang baik, tapi jangan sampai juga para pemain asing itu sampai mendominasi, karena hal itu bisa menghambat perkembangan pemain-pemain muda,yang dampaknya akan mengena kepada Timnas. Mungkin lebih baik dana untuk mengontrak pemain asing digunakan untuk seleksi bibit-bibit muda lokal dan melatihnya dalam sebuah tim muda sehingga nanti pada waktunya diharapkan bisa menjadi pemain-pemain berkualitas. Bangsa ini menunggu Bambang Nurdiansyah atau Widodo Putro atau Bambang Pamungkas selanjutnya, bukan pemain asing yang dinaturalisasi secara instan. (Amin)


Sunday, 5 May 2013

Masih Tak Masalah Barcelona Banyak Kebobolan?


Awal musim 2012/2013 lalu saat laga baru memasuki pekan ke-11 La Liga, teringat komentar pelatih Barcelona yang menyatakan tidak terlalu khawatir timnya banyak kebobolan. Tito yakin bahwa selama para juru gedor Barca terus rajin mencetak gol, banyak kebobolan itu sudah bisa tertutupi. Ia bahkan menambahkan, bahwa banyak kebobolan itu merupakan resiko yang diambil oleh tim dengan gaya serang seperti Barcelona.

Pernyataan itu dilontarkannya sudah sejak kurang lebih 5 bulan lalu. Lalu bagaimana dengan sekarang? Apalagi melihat hasil terbaru liga Champions yang memberikan fakta bahwa berlubangnya lini belakang tidak mampu ditutupi dengan gol oleh para juru gedor Barca.
Memang benar resiko dari sebuah tim yang konsen permainan menyerang adalah pertahanan yang rapuh, tapi apa sesederhana itu dengan menaruh kepercayaan yang berlebihan kepada para striker bahwa mereka akan selalu mencetak banyak gol. Laga melawan Munchen memperlihatkan bahwa pertahanan yang rapuh dari Barcelona juga diikuti dengan lemahnya daya serang Barcelona.
Mungkin pemikiran permainan menyerang itu perlu sedikit diubah, bahwa pertahanan yang kokoh juga mempengaruhi mental para pemain depan untuk hanya memikirkan menyerang saja tapa memikirkan pertahanan, karena dibarisan pertahan mereka sudah aman dengan pertahan yang kokoh. Karena semakin banyak kebobolan bisa memperngaruhi mental pemain, termasuk mental pemain depan. Para pemain depan semakin merasa terbebani untuk membalas gol yang mungkin dengan mudah dilesakan oleh para pemain lawan.
Tidak apa kalah telak dan gagal disemifinal, kekalahan ini bisa dijadikan introspeksi, khususnya untuk benar-benar membenahi lini belakang, karena para penyerang tidak selalu bisa diandalkan untuk terus mencetak gol, apalagi mungkin dalam keadaan cedera dan dipaksakan. Visca Barca! (Amin)