er

Berbagai Tutorial dan Info Menarik

Belajar, Berjuang, dan Bertaqwa

Wednesday 25 December 2013

Parah, Voa-Islam Copas 100 % Tulisan Member di Kompasiana

1387964714370006265
voa-islam/
Bermula dari kiriman link dan sedikit copas pada media sosial; seorang teman mengirim komentar pada salah satu FB FFans Page, sambil menunjukan bahwa wartawan voa-islam menemukan ada Kyai yang ceramah di Gereja, sebagai tindakan yang ironis. Diriku pun menelusuri link yang dibagikan itu, ternyata benar. Voa-Islam memuat tulisan/artikel yang 100 % copas tanpa permisi, izin, atau komunikasi lainnya dengan diriku.
Ini adalah Copas dari Voa-Islam, alinea pertama berbunyi
PATI (voa-islam.com) Mungkin sesudah Abdurrahman Wahid, baru KH Dr. Nuril Arifin yang pertama kali di dunia. KH Nurul Arifin menerima undangan dari Pendeta dan Gembala Sidang Gereja Bethany Tayu, Pati – Jawa Tengah, bukan sekedar hadir, namun sebagai salah satu pembicara atau penceramah.
(Lihat cetakan miring/italic, menunjukan bahwa artikel/tulisan di voa-islam, bersifat reportase wartwan voa-islam dari Pati, jawa Tengah)
Padahal, teks aslinya, sebagai berikut: Lepas dari pro-kontra (pada kalangan Islam) tersebut, KH Dr. Nuril Arifin justru melakukan sesuatu, yang mungkin saja pertama kali di dunia. KH Nurul Arifin menerima undangan dari Pendeta dan Gembala Sidang Gereja Bethany Tayu, Pati - Jawa Tengah; bukan sekedar hadir, namun sebagai salah satu pembicara atau penceramah.
Selanjutnya voa-islam copas 100 % tulisanku di Kompasiana dengan tajukKH Dr. Nuril Arifin Ceramah di Perayaan Natal, Kompasiana, 22 Desember 2013
Ketika sampai pada alinea berikut
Dengan demikian, jika Dr. M. Quraish Shihab (lihat dan klik link suplemen), mengatakan bahwa, “Tetapi, tidak juga salah mereka yang membolehkannya, selama pengucapnya bersikap arif bijaksana dan tetap terpelihara akidahnya, lebih-lebih jika hal tersebut merupakan tuntunan keharmonisan hubungan merupakan sesuatu yang menarik, …;”  maka KH Nuril Arifin dan Gereja Bethany telah melakukan sesuatu dalam rangka keharmonisan hubungan antar iman, secara khusus di Tayu, Pati - Jateng, dan sebisa mungkin menjalar ke Nusantara
Voa-Islam, melalukan olah ulang menjadi: Maka, menurut keinginan kalangan Kristen, apa yang dilakukan KH Nuril Arifin dan Gereja Bethany, dan telah melakukan sesuatu dalam rangka keharmonisan hubungan antar iman, secara khusus di Tayu, Pati - Jateng, dan sebisa mungkin menjalar ke Nusantara.
[perhatikan cetakan miring/italic, ditambahkan oleh voa-islam]
Selanjutnya, voa-islam tanpa edit, copas utuh, hingga salah tulis di Kompasianan pun, ada pada artikel pada voa-islam.
Selanjutnya, voa-islam menutup dengan
Tahun depan entah kiai mana lagi yang akan diundang ke gereja dan memberikan ceramah, sembari ikut memperingati perayaan natal. Sungguh sangat ironi. Apa yang sudah dilakukan oleh KH.Nuril Arifin, dan usaha-usaha kalangan kristen mencari dukungan dari kalangan kiai dalam rangka membangun Kristen di Indonesia dengan mencari dukungan kiai. KH.Nuril Arifin sangat berbeda dengan Hamka. - See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/12/25/28325/khdrnuril-arifin-memberikan-ceramah-natal-di-gereja-pati/#sthash.rswbUcFn.0KsRja41.dpuf
Tahun depan entah kiai mana lagi yang akan diundang ke gereja dan memberikan ceramah, sembari ikut memperingati perayaan natal. Sungguh sangat ironi. Apa yang sudah dilakukan oleh KH.Nuril Arifin, dan usaha-usaha kalangan kristen mencari dukungan dari kalangan kiai dalam rangka membangun Kristen di Indonesia dengan mencari dukungan kiai. KH.Nuril Arifin sangat berbeda dengan Hamka.
Sekali lagi membuktikan pada diriku bahwa VOA-ISLAM: Voice of Al Islam| Voice of The Truth, paling pintar melakukan copas news, tulisan, ataupun opini orang lain; kemudian memutarbalikan, mengedit, merubah, sesuai dengan kepentingan mereka.
Kemungkinan besar, apa yang voa-islam lakukan padaartikel/tuisan sebelumnya tanpa permisi atau izin dari penulisnya. Sama halnya dengan tulisan saya di Kompasiana, yang kemudian di share keberbagi blog, situs, news online, termasuk voa-islam, semuanya tanpa izin, zonder permisi dari diriku.
Oke, untuk web-situs/blog yang masih menunjukan sumber tulisan atau nama penulis, tapi pada voa-islam, sama sekali tak ada. Voa-islam melakukan copas 100 %, dan kemudian menambah satu dua kalimat, serta memutarbalikan pesan yang ada atau terkandung pada tulisan yang mereka copas.
Jika seperti itu, masih layakkah Voa-Islam disebut Voice of Al Islam| Voice of The Truth!? Terpulang dari anda sekalian.
Sunggu Memalukan.

Monday 2 December 2013

Simpan Data dengan Cloud Computing Security

“Keamanan data dari intipan mata orang lain dapat dilakukan dengan cloud computing security,” ungkap Prof Jazi Eko Istiyanto PhD dalam Seminar Nasional Ilmu Komputer 2013 Sabtu (23/11).
Cloud computing security memiliki berbagai macam manfaat dalam menjaga keamanan data computer.
“Antara lain jaminan kerahasiaan, integritas keaslian, menyediakan control tanpa nama, jaminan terhadap pengingkaran,” tambahnya.
Selain itu pembicara lainnya Dr Djunaedi MT menjelaskan bahwa cloud computing securitymenggambarkan berbagai konsep komputasi yang terhubung dengan jaringan komunikasi secara real-time seperti internet. Cloud computing security memiliki lima karakteristik, yaitu on-demand self service, broad network access, resource pooling, rapid elasticity, dan measured service.
Seminar yang mengambil tema “Cloud computing security” digelar oleh jurusan Ilmu Komputer (Ilkom) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Semarang (Unnes) di gedung C7 Unnes.
Selain paparan narasumber, hasil karya ilmiah mahasiswa, dosen, guru, dan praktisi di bidang ilmu komputer juga di paparkan dalam kesempatan tersebut.
Menghindari Plagiatisme
Seminar ini seperti dikatakan oleh Dekan FMIPA Prof Dr Wiyanto MPd, merupakan kegiatan untuk mendukung budaya akademik di FMIPA. Selain itu kegiatan ini juga sebagai wadah untuk bertukar ilmu dan menghindari adanya plagiatisme.
“Adanya seminar ini maka kita jadi tahu bahwa suatu hal sudah diteliti oleh peneliti, hal lain sudah diteliti oleh peneliti lainnya, sehingga kita tidak membuat penelitian yang sama,” ujar Wiyanto.
Nur Laila Sofiatun